Tangan kiri murid Pendeta Sinting bergerak memukul ke depan. Tampak serat-serat biru laksana benang terang melesat ke depan menyongsong dua sinar hitam.
Serat-serat biru cepat membungkus dua sinar hitam. Kejap lain serat-serat biru ambyar dan sinar hitam bertabur ke udara. Pada saat yang sama terdengar debuman keras.
Tubuh Pendekar 131 terpental satu tombak. Untung di belakangnya menghadang batu cadas putih, hingga sosoknya tertahan. Paras mukanya kali ini pucat pasi. Mulutnya terbuka megap-megap atur napasnya yang seolah tersumbat. Sekujur tubuhnya laksana dipanggang, hingga pakaiannya tampak basah kuyup. Sosoknya bergetar keras.
Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar