Peperangan antara kedua Keraton disebabkan hilangnya pusaka leluhur, maka yang tertawa adalah penyebab adu domba itu. Dia merasa berhasil dan menang.
Pandu yang kini ikut terlibat dan terseret di dalam kemelut itu, tak menyerah begitu saja. Sebagai pendekar Gagak Rimang yang pantang menyerah. Penyelidikan yang dilakukan mengalami banyak tantangan dan rintangan. Hingga akhirnya dia menemukan seorang jago di dunia persilatan yang memegang kendali dan rencana untuk menjadi penguasa. Menjadi Raja. Namun bisakah hal itu terlaksana?
Dan di manakah pusaka Patung Pualam itu disembunyikan?
Unik dan menarik ceritanya. Ikuti kisah ini.

"Tak ada guna kalian berdalih. Karena kalian mendapat keterangan dari orang yang tidak tahu, mana mungkin kalian tidak akan tersesat? Dengar baik-baik! Hari ini aku akan membuka sesuatu yang sejak dua puluh tahun silam selalu mengganjal pikiranku. Tapi kalian harus ingat. Jika salah seorang di antara kaiian ada yang membocorkan hal ini, berarti kalian menggali lobang kubur sendiri! Kalian dengar itu?!"

"Bagaimana, orang tampan? Kalau kau bersedia menyerahkan lembaran kulit itu, kedua temanmu akan kulepaskan!?" usul Dewi Kuning seraya mengerling genit ke arah Pendekar Mata Keranjang.
Perlahan, Aji yang dikenal dengan julukan Pendekar Mata Keranjang 108 memasukkan tangannya ke
balik baju dan mengeluarkan gulungan kulit....
"Jangan pedulikan kami, Pendekar Mata Keranjang! Selamatkan gulungan kulit itu!" teriak kedua teman Aji. Bagaimanakah perjalanan Pendekar Mata Keranjang hingga dia memiliki lembaran kulit itu? Padahal, seluruh
tokoh-tokoh persilatan yang hadir di Jurang Guringring juga menginginkan gulungan kulit tersebut!

"Aku ingin mengembalikan kau pada keluargamu, Pantula," kata Rangga bermaksud menolong.
"Heh! Apa yang kau katakan...?!"
"Temuilah pamanmu! Dia tahu banyak tentang dirimu sesungguhnya. Desak dia agar mengakui kejadian yang sebenarnya!" setelah berkata demikian Rangga langsung melompat ke punggung kuda hitamnya.
"Hey, tunggu...!" seru Pantula. Namun kuda yang membawa Rangga tersebut sudah melesat bagai angin.
Tinggal Pantula sendirian dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Benarkah dia bukan anak Ki Japalu? Kalau memang benar, lalu siapa orang tuanya? Benarkah ibunya telah meninggal? Asmara Maut... merupakan suatu jalinan cerita silat yang menarik dan penuh tipu muslihat dalam pergulatan asmara!

Hakim para dewa berkata, "Pemeriksaan tidak mungkin dilakukan karena hari ini laboratorium tutup. Yang jelas tindakan kalian telah melanggar kode etik kayangan. Kalian layak mendapat bintang, eh... layak mendapat hukuman sesuai pasal lima belas ayat dua yang berbunyi: 'barang siapa mojok dengan sengaja ataupun tidak sengaja tanpa seizin Sang Maha Dewa, maka orang tersebut dianggap melanggar kode etik kayangan dan praktis dianggap juga mencemarkan kesucian kayangan.'

"Setan, aku bukan minta untuk dibebaskan. Buat apa aku mengharap belas kasihan darimu. Aku hanya mengatakan harap kan turunkan aku. Aku mau mandi." jawab si bocah. Lalu dia pun tiba-tiba ikut pula tertawa. Si kakek menjadi heran.
"Kau... anak edan, apa yang kau tertawakan?" bentak si kakek yang sebenarnya memiliki nama asli Tabib Tapadara.

Mampukah Selendang Kubur mempertahankan perguruannya jika sekarang hatinya telah ditaburi dendam terhadap orang-orang Bukit Garinda yang dikuasai oleh Nyai Lembah Asmara? Bukankah beberapa orang kuat di perguruan itu telah tewas juga di tangan perempuan iblis utusan Nyai Lembah Asmara? Dewi Murka, Murbawati, dan orang-orang kuat lainnya telah tiada. Padahal mereka adalah benteng bagi Perguruan Merpati Wingit.
Belum lagi jika Betari Ayu memikirkan Pendekar Mabuk yang berhasil dibujuk Perawan Sesat untuk dibawa ke Bukit Garinda.

Sinto Gendeng, nenek sakti dari puncak Gunung Gede terpekik. Tubuhnya mencelat menghantam kios rokok hingga kios itu terbalik roboh, isinya berantakan ke mana-mana. Pasiran yang tengah ditanyai Polisi melengak kaget ketika menyaksikan apa yang terjadi dengan kios miliknya. Tanpa perdulikan petugas yang tengah menanyai, Pasiran menghambur lari ke arah kios rokoknya.

Pendekar Cambuk Naga kali ini dihadapkan pada suatu tantangan yang membakar darah: calon suaminya Pendekar Pusar Bumi diculik menjelang saat perkawinan berlangsung. Ludiro tak dapat tinggal diam sejak kepergian Sekar Pamikat dalam upaya merebut kembali calon suaminya. Ludiro sempat memperoleh keterangan, bahwa penculiknya adalah Peri Sedang Bangkai. Di mana dan siapa Peri Sendang Bangkai itu? Hanya Penghulu Badra yang niengetahuinya, tapi sebelum tuntas keterangan terluncur dari mulutnya, Penghulu Badra telah terbunuh oleh anak buah Peri Sendang Bangkai. Ludiro memburu pembunuh itu. Namun ia terpaksa berhubungan dengan seorang putri Panglima Kerajaan Sebrang: Andini. Ia juga mencari kekasihnya yang juga diculik oleh Peri Sendang Bangkai.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi di Sana? Untuk apa Sendang Bangkai menculik pendekar-pendekar perkasa? Bagaimana bisa kalau seorang pendekar perkasa dicuilik oleh seorang perempuan?

Begini Wulung, saat itu beberapa tahun yang lalu ketika Armada Demak di bawah pimpinan Adipati Junus atau Pangeran Sabrang Lor dibantu oleh Sultan Aceh dan Johor melakukan serangan ke Malaka yang telah diduduki Portugis sejak tahun 1511. Meski akhirnya tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka tapi, cukup menaikkan bangsa kita dan nyatanya Portugis sejak itu tidak lagi berani mencoba-coba untuk merebut tanah-tanah lainnya. Nah, disaat itulah sekali ia ketika itu berada paling belakang dari sekian puluh kapal yang beriring-iring pulang kembali kepangkalan armada Demak yang terletak di Jepara. Begitu lewat di Selat Karimata kapal ayahmu disergap oleh beberapa kapal galli Portugis.

"Aku belum ingin jadi orang gelandangan...." kata Jaka, menjadikan keempat orang tua sakti itu membelalakkan mata.
"Apa maksudmu, anak muda?"
Dengan segala ajian yang dimiliki, Jaka menghantam tubuh Prahista yang telah berubah menjadi Siluman Buaya. Tersentak Jaka melihat semua ajiannya tak mempan terhadap Prahista.
Mampukah Jaka mengalahkan Prahista, musuh keluarganya?
Untuk lebih jelasnya, silahkan pembaca mengikuti kisahnya dalam judul Rahasia Pedang Siluman Darah!

Tetesan-tetesan darah itu telah membuatnya bangkit dari kematian! Dan dia pun hadir dengan segala sifat dedemit iblis. Kejam, ganas, dan brutal. Beberapa puluh tahun silam, lelaki tua itu memang pernah menggetarkan dunia persilatan dengan julukan Ki Rawe Rontek.... "Bukan main kehebatan ilmu rawe rontek!" gumam Pendekar Slebor manakala melihat lawan mampu membalikkan kepalanya yang sudah terpuntir ke belakang akibat hantaman Pendekar Slebor. Tanpa gulungan lontar berisi rahasia kelemahan ilmu-ilmu hitam lawan, Andika tak mampu menundukkan Ki Rawe Rontek. Sampai akhirnya dia harus menguras seluruh kecerdasannya.... Apakah yang diperbuat Pendekar Slebor?

"Untuk apa belajar ilmu silat, Kakek Tua? Bila cuma untuk merusak dan membunuh!" pekik pemuda itu sambil membawa kembali buntelan-nya.
Ki Rengsersari alias Pendekar Ular Sakti diam-diam semakin kagum melihat ketegaran pemuda yang telah menguburkan mayat Lima Gembong Sungai Hitam.
"Ingat, Anak muda! Kau sedang mencari pembunuh ibumu, bukan? Dengan ilmu silat yang akan kau pelajari dariku, kau akan dengan mudah mengalahkan mereka!"
"Aku punya busur dan anak panah!" pemuda itu tetap bersikeras, membuat kekaguman Ki Rengsersari semakin menjadi-jadi.
Siapakah sebenarnya anak muda itu yang mengaku hendak membalas dendam pada orang-orang yang telah memperkosa dan membunuh ibunya? Siapa pula Ki Rengsersari alias Pendekar Ular Sakti yang akhir-akhir ini tempat kediamannya didatangi orang-orang gagah karena terbetik kabar dia memiliki Pedang Pusaka Dewa Matahari?

Malu hati Dewi Murka melihat gurunya sudah ada di belakangnya. Nyai Guru Betari Ayu kelihatan tenang berkharisma tinggi. Dewi Murka menyisih, membuat pandangan mata Suto ke arah Betari Ayu menjadi lebih jelas dan lebih langsung lagi. Dalam hati Suto membatin,
"O, ini guru mereka? Cantik juga. Tapi tidak sebegitu menarik dengan kecantikan Dyah Sariningrum, idaman hatiku itu!"

"Ia selalu ingin menghancurkan setiap lelaki karena dendamnya pernah dipermainkan lelaki saat keadaan buruk rupa!"
"Dendam itu membuat asmaranya menjadi liar!" gumam Nyai Padmi dalam keadaan tetap tenang, walaupun suaminya digoda Ratu Cumbu Laras. Sebab ia tahu, bagaimana pun juga si Ratu tak akan mampu membunuh suaminya!

Nama TEGUH SANTOSAselama ini kita kenal sebagai pengarang dan ilustrator cergam (comics). Karyanya telah banyak diterbitkan dalam bentuk buku, maupun di muat di surat kabar dan majalah terkemuka. Boleh dikata "Tiada hari tanpa komik TEGUH SANTOSA" Kali ini dia melebarkan lahan-karyanya dalam bentuk novel. Dia memang merasa tertantang untuk itu, dan tema yang dipilih adalah tema silat. Kiranya tak begitu sulit baginya, sebab dalam karya cergamnya memang terwujud dari perpaduan penulisan novel dan graphis. Untuk menjamin naskah TEGUH SANTOSA yang asli, maka setiap novel yang diterbitkan-nya dihiasi dengan ilustrasi kaver hasil karyanya sendiri, di samping tetap memakai nama komplit:
TEGUH SANTOSA Novel ini dikemas dengan gaya "Fast Food" agar bisa dinikmati bagi mereka yang sibuk, serta
hiburan bagi siapa saja di kala senggang. Dengan gaya susunan kalimat yang khas, anda akan terhanyut mengikuti seperti menyaksikan sebuah film.

"Aku bersumpah! Ke lubang semut sekali pun, akan kucari kalian!" desis Rangga. "Aku harus berhasil membebaskan Pandan Wangi!"
Rangga menghela napas sejenak. Kemudian dua buah jari tangannya dimasukkan ke mulut. Lalu....

"Sikapmu sangat ksatria, Aji. Tapi melihat lirikan matamu yang nakal, dan tak tahan terhadap perempuan cantik, kau pantas dijuluki Pendekar Mata Keranjang 108!" ucap Putri Tunjung Kuning seraya menatap tajam ke arah Aji. Aji, seorang pemuda yang sesungguhnya membenci ilmu bela diri. Karena malapetaka yang menimpa paman gurunya, tanpa disadari dia berangkat ke Karang Langit. Di sana, dirinya bertemu dengan kerangka mayat seorang maha sakti yang memiliki warisan kipas berukir 108. Dan tanpa pernah meninggalkan sifat mata keranjangnya, pemuda itu pun berkelana dengan ilmu-ilmu yang didapatnya dari Istana Karang Langit.

"Kenapa begitu?" tanya Satria. "Kupikir setiap orang punya kelemahan. Juga Dirgasura. Kalau aku tahu kelemahannya, tentu aku akan dapat mengalahkannya," tepis Satria, cerdas. Si prajurit terbahak.
"Kau cerdik. Tapi itu belum cukup. Dirgasura itu licik. Aku tak meragukan kecerdikanmu. Tapi, kelicikan Dirgasura kuyakin dapat mengungguli kecer¬dikanmu," katanya kemudian.
"Jadi, aku harus belajar olah kanuragan, be¬gitu?"
"Ya. Kau harus bisa mengungguli kesaktian orang itu!"

Tiang-tiang penyangga pondok yang terlalap api, satu-satu mulai berjatuhan. Sementara di atas tempat tidur yang belum terjamah api, seorang bayi tengah bergerak-gerak dengan tangis memilukan.
Seiring lengking tangis yang memilukan itu, selarik bayangan biru tiba-tiba meluruk masuk menerobos kobaran api! Tak lama, bayangan itu sudah melesat keluar sambil menggendong bayi yang kepanasan.
Siapakah bayangan yang menolong itu? Dan, mengapa seorang bayi yang tak berdosa ditinggalkan begitu saja dalam kobaran api?
Ternyata, sosok bayi itu kelak mengadakan Pembalasan Berdarah terhadap orang-orang yang meninggalkan-nya dalam kobaran api! Sosok muda itu kelak akan menumpas keangkaramurkaan di muka bumi ini. Dialah sosok muda yang berjuluk 'RAJA PETIR'.

"Ketegaran bocah ini luar biasa. Dia paham apa yang dikatakan ibunya, kalau dia tak akan pernah lagi melihat ayahnya mulai besok. Tetapi dia dapat bersikap tenang. Ah, rupanya... pencarianku selama bertahun-tahun memang harus kusudahi. Bocah itulah yang kucari selama ini, bocah yang hadir dalam mimpi-mimpiku. Tetapi... apakah Dewi Lontar mau menyerahkannya kepadaku?"

"Aku harus menunggunya beberapa saat, setelah ia tertidur nyenyak aku baru bertindak," kata gadis itu dalam hatinya. Mata indahnya yang berkesan membelalak itu memperhatikan Suto tak berkedip dari balik persembunyiannya. Rupanya gadis berusia sekitar dua puluh tiga tahun itu punya maksud tertentu kepada Pendekar Mabuk, sehingga walaupun kakinya dikerumuni semut ia masih betah di persembunyiannya. Sesekali kakinya disentakkan supaya semut-semut genit itu menyingkir dari kulitnya yang berwarna kuning langsat, bersih, dan halus mulus.

Suro Bodong dijadikan bahan taruhan. Hadiah di janjikan oleh siapa saja yang mampu membunuh atau menangkap Suro Bodong. Kalau Suro Bodong tertangkap, maka ada dua pihak yang bertindak. Lalu terdengar kabar, Suro Bodong telah tertangkap dan hendak dibakar hidup-hidup oleh Raden Puger. Dendam telah menyelamatkan Suro Bodong namun juga mengancam kematian-nya. Seorang perempuan cantik bernama Dewi Gading menyelamakan Suro Bodong. Kamar Madu Mayat membuat Dewi gading menjadi lekat erat dengan Suro Bodong. Dewi gading juga mempunyai dendam dengan Suro Bodong. Ingin membunuh Suro Bodong. Tapi akankah Dewi Gading tega membunuh Suro Bodong, jika ia memperoleh juga kebahagiaan darinya?

"Sanggamayit, kembalikan Kitab Tapak Geni padaku. Kau tidak berhak memilikinya!" bentak Dewi Selaksa Mawar.
"Kau salah sangka, Dewi. Aku tidak pernah mencuri kitab itu!" sahut Sanggamayit
"Bohong!" bentak Dewi Selaksa Mawar.
"Aku difitnah," ujar Sanggamayit sambil melirik pada dua saudara angkatnya. "Setan arak yang mencuri kitab itu!"
Benarkah Setan Arak yang mencuri kitab pusaka Tapak Geni? Apakah ini bukan akal licik dari Sanggamayit? Lalu, bagaimana pula dengan rencana Dewi Selaksa Mawar sendiri? Bisakah dia memanfaatkan Rangga unttik menghadapi Tiga Setan Neraka?!

Di tengah-tengah lembah itu, terdapat sekuntum bunga yang memancarkan cahaya warna-warni! Bukan bunga itu saja yang membuat Panji terpana, melainkan.... "Benarkah itu... seekor naga?!" desis Pendekar Naga Putih sangat terkejut. "Ah, mengapa Raja Obat tidak pernah menceritakan kalau Bunga Abadi dijaga oleh seekor naga raksasa?!" Bagaimanakah Pendekar Naga Putih harus mengambil Bunga Abadi yang bisa menyembuhkan tenaga liarnya itu? Padahal di sana ada seekor naga raksasa, dan tokoh-tokoh persilatan lain-nya yang juga ingin memperebutkan bunga itu!

"Siapa mereka?" tanya Pendekar Pulau Neraka. "Orang-orangnya Ratu Lembah Mayat" sahut Parindra.
"Mengapa mereka ingin menggantungmu?"
"Aku juga kurang mengertti" sahut Parindra. Bayu tertegun memandangi Parindra. Pemuda ini tampaknya benar--benar tidak tahu apa-apa. Padahal tadi dia hampir saja mati digantung gadis-gadis bercawat, kalau tidak keburu ditolong olehnya.
Mengapa Ratu Lembah Mayat mengejar-ngejar Parindra, putra Pendekar Cakar Naga ini? Apakah yang diinginkannya? Lailu, mengapa dia juga menggempur Desa Batang?
Benarah Ratu Lembah Mayat mencari Mustika Cakar Naga yang berada di tangkai Pedang Pendekar Cakar Naga? Dan, bagaimana sikap Bayu setelah mengetahui duduk persoalan-nya...?

"Hih...!" Wuraji menghentakkan tinjunya ke sebuah batu besar yang terletak d pinggir sungai. Wusss..! Blarr..!
Batu itu hancur berkeping-keping terkena 'Pukulan Penghancur Gunung' milik Wuraji. Pemuda ini terus berlatih keras karena dia mempunyai niat yang membara. Yaitu membalas dendam atas kematian ayahnya!
Sayangnya pemuda ini dididik oleh dua orang pentolan tokoh sesat! Ular Kaki Seribu dan Monyet Tanpa Bayangan. Padahal menjadi Pewaris Ilmu Tokoh Sesat adalah sesuatu yang sangat riskan dan berbahaya!
Mampukah Wuraji membalas dendamnya pada Wisanggeni? Dan mengapa kedua orang gurunya justru menghalangi tindakan Wuraji? Haruskah pemuda ini melawan gurunya sendiri?!

KEMBALINYA SI TANGAN SETAN
Oleh D. Affandy
@ Penerbit Mutiara, Jakarta
Setting Oleh: Trias Typesetting
Cetakan pertama 1991

Dia datang
sebagai seorang pendekar. Dia aneh & bertindak seperti orang linglung. Para ksatria menyebut dia si DEWA LINGLUNG Pendekar sakti yang digembleng 'lima'
tokoh aneh.

Kehadirannya diperebutkan oleh tokoh-tokoh sakti. Dia si bayi aneh. malam satu Asyuro hari kelahirannya. Dia pendekar Blo'on. Pemuda aneh, manusia konyol, cerdik, kocak menggelitik. Hadir dalam petualangan menantang, menegangkan, penuh misteri dan cinta anak-anak manusia. Sebuah serial silat terbaru dan beda dari yang ada.
Gurunya dua manusia sakti, yang satu berwatak aneh dan pendiam sedangkan lainnya mempunyai watak angin-anginan, segala konyol, lucu setengah gila. Pencipta dari jurus-jurus yang paling lucu, namun dalam kekonyolan-nya tersimpan sebuah kedahsyatan...!!!

Sebuah patung peninggalan Ratu dari kerajaan Kalingga di abad ke-7, yang di dalam-nya berisi rahasia keabadian tahta dan resep kecantikan abadi, saat mi sedang diperebutkan oleh para pendekar dari manca negara selain oleh para pendekar pribumi sendiri.
Para pendekar dari Persia, Tiongkok dan Jepang adalah di antara mereka yang datang ke lereng gunung Muria dimana patung tersebut berada.
Dalam episode yang berjudul "Perebutan Patung Ratu Kalingga" ini sebagai pemenang
sementara adalah Si Tolol, seorang pendekar dungu dari Babakan Sumedang.

Mendadak timbul kekacauan dan geger di kraton Utara karena hilangnya pusaka tanah leluhur. Raja kraton Utara langsung menuduh kejadian itu pasti didalangi oleh raja kraton Selatan. Memang, sejak nenek moyang mereka, kedua kerajaan itu selalu bertentangan.
Maka peperangan pun tak dapat dihindarkan. Fitnah dan kebencian saling dilontarkan. Dalam keadaan demikian Seiir raja di kraton Utara mohon pamit. Selir yang bernama Sekar Perak pergi meninggalkan kraton. Dan keadaan semakin tak menentu.
Fitnah dan peperangan makin kejam. Di saat seperti ini lahir seorang pendekar yang menggemparkan dunia persilatan. Siapakah pendekar itu? Dan benarkah Selir Sekar Perak terlibat pengkhianatan?

Goa itu menjadi incaran sekelompok orang tertentu. Pendekar Pusar Bumi berada dalam goa tersebut, sehingga ia terpaksa mendapat dua tuduhan: sebagai pemilik goa, dan sebagai pelanggar wilayah goa suci. Pendekar yang tampan rupa itu terpaksa berhadapan dengan seorang perempuan anggun berilmu tinggi, yang mengaku leluhurnya hilang secara misterius di wilayah goa itu, di Bukit Badai.
Siapa nama perempuan berilmu tinggi itu? Ini yang menjadi masalah bagi Pendekar Pusar Bumi. Nama itu ternyata mempunyai arti yang cukup penting dan sangat berbahaya jika diucapkan sewaktu-waktu. Sayang perempuan anggun berilmu tinggi itu tak sanggup menunjukkan di mana tempat Sekar Pamikat menghilang, dan kenapa tubuh Pendekar Maha Pedang sirna begitu saja di dalam goa tersebut.
Pendekar Pusar Bumi mengambil kesimpulan, bahwa goa tersebut tak lebih dari sekedar tempat yang menjengkelkan. Penuh teka-teki yang menjenuhkan.

Tiba-tiba dunia persilatan gempar dengan munculnya seorang tokoh sadis, pewaris ilmu dari Malaikat Pedang Sakti yang hidup ratusan tahun yang lalu. Dialah yang bergelar Iblis Berbaju Hijau.
Dia pun mengirimkan hawa maut ke Perguruan Topeng Hitam, di mana Madewa Gumilang dan istrinya berada.
"Pukulkan Pukulan Bayangan Sukma ke perutmu, Madewa! Cepat!" ancam Baruna.
Pukulan Bayangan Sukma yang sakti itu pun menghantam perutnya sendiri. Sudah matikah Madewa Gumilang? Sementara Pranata Kumala sedang bingung karena istrinya terkena pukulan Kembang Beracun.

"Bandung Bandawangsa. Kami telah turuti permintaanmu. Sekarang giliranmu memberikan apa yang kami minta!" hardik si gundul Randu Sabrang ketika mendapati Malaikat Lembah Hijau tercenung diam.
Ikuti petualangan pertama dari Joko Sableng ini

Pernah dengar JAKA SEMBUNG? Dulu ....
Pernah terbit dalam bentuk komik. Dibacanya asssyik!
Lalu....
Dituangkan ke film Ditontonnya pun ahemmm....!
Sekarang....
Ada di tangan anda dalam bentuk narasi bergambar ..... dengan ilustrasi khas goresan
DJAIR!
Simaklah petualangan Jaka Sembung bersama kawan-kawannya dalam novel ukuran saku ini!
SO PASTI LEBIH ASSYIIK . . .!!!

Untuk membebaskan Narita yang disekap oleh Siluman Ragakaca, Raja Angin Barat bermaksud membunuh si Pengemis Binal Suropati. Tetapi, sesosok makhluk menyeramkan berhasil menyelamatkan sang Pendekar. Dia mengaku bernama Setan Ceriwis dan bermaksud menurunkan beberapa ilmu kesaktian kepada Suropati. Namun, Setan Ceriwis ternyata adik kandung dari Siluman Ragakaca! Maka siksaan maha kejam pun tak dapat dielakkan oleh Suropati! Bagaimanakah usaha pendekar itu untuk dapat meloloskan diri dari lubang maut?

Diakah Pangeran Impian yang anda nantikan kedatangan-nya?

Nama Widi Widayat adalah tidak asing lagi. Ia seorang pengarang silat Indonesia yang banyak penggemarnya.
Cerita bersambungnya dimuat dalam tiga surat kabar. Ialah "Suara Merdeka" Semarang "Suara Pembaruan" Jakarta dan "Suara Bengawan" Sala. Disamping juga menulis di beberapa majalah. Cerita-cerita berlatar belakang sejarah yang disajikan oleh Widi Widayat dibumbuhi falsafah-falsafah yang bermanfaat bagi segala lapisan, baik tua maupun muda dan baik pria maupun wanita. Widi Widayat dalam menyajikan, karya-karyanya enak dibaca dan mengasyikkan. Silakan baca pasti ketagihan. Karena cara menyajikan ceritanya mengikuti selera masa kini!.

Banyak tingkahnya para anak buah Bido Teles tersebut setelah menerima uangnya. Mereka sebagian ada yang menari-nari dan sebagian lagi berteriak-teriak seperti setan kelaparan. Diantara mereka yang mengajak perempuan-perempuan keluarganya, pada menari nari dengan jenaka tapi juga menggairahkan. Yah, semua itu disebabkan tangan-tangan mereka telah menggenggam masing-masing lima keping uang emas murni yang luar biasa tinggi harganya bagi mereka, dan semua itu adalah hadiah dari Ki Rikma Rembyak. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

"Kalau bukan karena kau pandai memberikan kepuasan batin yang amat indah, tak mungkin aku mengorbankan diri untuk mencuri PISAU TANDUK HANTU andalan guruku ini..." Menak Goyang tertawa cekikikanmendengarnya, dan tangan jahil si Maling Sakti pun mulai beraksi menuntut kepuasan.