Arya Wadam menghentikan langkah. Satria juga. "Aku tak ingin ditemani," tandasnya singkat. Satria Gendeng mengangguk. Sekadar mengangguk apa ada yang melarang? Tak peduli apakah nantinya dia akan menuruti kemauan orang di depannya atau tidak. Arya Wadam melanjutkan langkah. Satria tetap saja mengekor di belakang. Salahnya Arya Wadam. Kalau mau main-main keras kepala, ya jangan dengan murid Dedengkot Sinting Kepala Gundul itu sama saja cari kejengkelan dengan sengaja. "Kenapa masih saja mengikutiku?" tanya orang bertudung itu ketika dia telah menempati kursi pilihannya. Satria duduk pula tanpa peduli. Dia sudah tak mau lagi kehilangan Arya Wadam. Mencari-cari tanpa juntrungan itu bikin pegal hati. Satria tak mau memperpanjang pekerjaan menjengkelkan itu. Sekarang, terserah Arya Wadam. Kehadirannya mau diterima syukur, tidak diterima... ya terpaksa harus 'memaksa'.Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar