Ketika Pendekar Hina Kelana sedang melamun seorang diri di atas pohon itu. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam mendengar suara isak tangis. Sayup-sayup kedengarannya. Pemuda itu nampak menyapu pandang ke arah sekelilingnya. Tapi dia belum melihat adanya orang lain di sekitar tempat itu. Namun ketika Buang Sengketa menoleh ke arah lain, maka terlihatlah sesosok tubuh berjalan tersaruk-saruk dengan wajah tertunduk, sekali dua perempuan itu menyeka air matanya yang bergulir di pipi. Melihat keadaan perempuan itu, Buang dapat memastikan pastilah dia seorang anak orang berada. Tapi yang membuat si pemuda merasa keheranan mengapa perempuan itu, berkeliaran di tempat yang sunyi seorang diri? Padahal selain binatang buas. Bukan tak mungkin sewaktu-waktu orang jahat berkeliaran pula di tempat itu. Sejauh itu, sungguh pun hatinya diliputi oleh rasa keingintahuan, namun dia masih tetap berada di tempatnya. Hingga pada akhirnya terdengar juga suara si wanita: "Kakang Andika....! Begitu tega kau meninggalkan diriku, aku menyadari sikapku yang dulu padamu. Tapi mengapa kini kau malah pergi begitu saja...?" rintih si gadis, dengan dada terasa menyesak.Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar