“Keparat! Apakah kau pendekar cabul? Dan di perguruanmu hanya diajari untuk menelanjangi wanita?!” gertak Pusparini tanpa takut apa yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Pikir Pusparini, dirinya masih mampu bertahan seandainya laki-laki itu menyerang hanya untuk menjambret kainnya. Bukankah dalam peristiwa Siluman Kedung Brantas ia mampu menggagalkan tangan-tangan yang jahil yang mencoba mencolek pantatnya dalam arena tari, dan hal itu disayembarakan?
“Ayo, cobalah jambret kainku ini!” katanya lagi.
“Tidak! Akhlakku tidak serendah itu,” jawab si laki-laki itu. “Dan aku bukan pencuri.”
“Buktinya! Senjataku telah hilang. Kau telah melarikan kuda itu. Kalau tidak kucegah, kau pasti sudah ngeblas jauh.”
Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar