Tetapi si pendekar berjubah itupun bergerak semakin dahsyat dengan senjata golok hitamnya. Golok tersebut seolah-olah menari-nari ke sana kemari me¬nyambut setiap libatan pedang Tungkoro, bagaikan se¬orang gadis yang selalu menyongsong setiap gerak tarian seorang jejaka.
Tidak jarang kedua senjata itu saling bersentuhan, bahkan berbenturan dengan suara gemerincing dibarengi letupan bunga api. Dalam saat-saat demikian Tungkoro selalu berhati-hati, sebab setiap benturan itu terasalah betapa tangan kanannya menjadi nyeri.
Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar