"Benarkah itu?" seru Pendekar Bodoh, melonjak girang.
"He he he.... Aku tak bohong! He he he.... Tapi, ada syaratnya...."
"Apa?"
Setan Bodong cuma tertawa. Seno nyengir kuda.
Pemuda lugu itu tak tahu apa yang ada di benak Setan Bodong. Namun, dia tetap percaya bila Setan Bodong bermaksud baik kepadanya. Hanya saja, dia menjadi tak sabaran setelah melihat si kakek terus tertawa beberapa lama.
"Kenapa kau tertawa terus, Pak Tua? Ayolah! Cepat katakan apa syarat yang kau minta...," desak Pendekar Bodoh kemudian.
Setan Bodong masih saja tertawa terkekeh-kekeh. Pusarnya yang berupa gumpalan daging tampak bergerak-gerak tiada henti. Namun, setelah melihat tatapan Pendekar Bodoh yang penuh pengharapan, akhirnya dia berkata
Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar