"Untuk apa mereka menjual gadis-gadis itu ke Bukit Maut?" tanya Raka. "Entahlah. Tapi kurasa yang dibutuhkan oleh penguasa Bukit Maut itu adalah keperawanan seorang gadis." "Siapa penguasa Bukit Maut itu?!" "Darah Kula!" jawab si gadis agak keras dan membuat orang-orang di sekitarnya menghentikan gerakan. Semua menatap Bunga Dewi. "Hati-hati menyebut nama itu, Nona," kata Ki Semekta yang tampak ketakutan.
Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar