Biar darah melimbah, Suro Bodong pantang menyerah. Biar lawan seribu sakti, Suro Bodong lebih berani. Apalagi mempertahankan pusaka, mungkin ia sanggup berkorbar nyawa.
Tetapi gadis itu cantik. Gadis itu butuh pedang-
nya. Tetapi gadis itu tak mengerti. Gadis itu tak tahu Suro Bodong pemilik-nya.
Lalu orang-orang Kepatihan juga mengejar pedang itu. Untuk apa? Sampai hati mereka menelan korban, bahkan seorang petani tanpa dosa? Pedang Urat Petir melekat erat pada Pedang Jatayu. Itu pertanda perkawinan Suro Bodong dengan Putri Kenanga harus terjadi.
Wouw...! Kok enak?! Bukankah Suro Bodong memburu cinta kepada Ratna Prawesti.
Unduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar